Gawat, Kawasan Monas Jadi Tempat Penyebaran Penyakit Tetanus
WARTA KOTA, PALMERAH— Siapa yang tidak mengenal Monumen Nasional (Monas). Berlokasi di pusat pemerintahan dan merupakan simbol kemerdekaan Republik Indonesia, Monastelah lama menjadi tujuan utama bagi pelancong lokal maupun yang berasal luar negeri.
Namun, sepanjang dibuka bagi umum sejak diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 12 Juni 1975 silam, Monas diketahui menjadi lokasi utama penyebaran penyakit tetanus di Jakarta.
Penyakit berbahaya yang berasal dari bakteri Clostridium sp itu baru diketahui setelah Sudin Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan Jakarta Pusat saat melakukan pemeriksaan pada sejumlah feses atau kotoran kuda delman di seputaran kawasan Monas, mulai dari Jalan Medan Merdeka Utara, Jalan Medan Merdeka Barat, Jalan Medan Merdeka Selatan dan Jalan Medan Merdeka Timur pada beberapa waktu lalu.
Dalam pemeriksaan tersebut, petugas mengambil tiga sampel feses dari satu lapak kuda delman di Silang Timur Monas. Sampel feses basah yang tercecer di sisi jalan dan trotoar diambil dan dibawa untuk diuji lab di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Pelayanan Kesehatan Hewan, Teknologi Peternakan dan Pengujian Mutu Hasil Peternakan, Dinas Pertanian Kelautan dan Ketahanan Pangan DKI Jakarta.
Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan tiga metode, yakni natif, sedimentasi dan sentrifuse bertujuan untuk mengetahui kandungan feses kuda delman. Hasil negatif patologi diketahui dalam pengujian metode natif dan sedimentasi, sedangkan pada pengujian metode sentrifuse ditemukan adanya bakteri Clostridium sp dan Strongyloides sp atau lebih dikenal cacing pita.
"Selain ditemukan kedua parasit itu dikhawatirkan ada bakteri lain yang kemungkinan bisa ditemukan, karena dalam feses kuda ditemukan juga bakteri Clostridium sp, pemicu tetanus. Bakteri ini sangat berbahaya pada manusia dan cepat menginfeksi manusia lewat luka terbuka," ungkap Mulyadi, Kasudin Pertanian Kelautan dan Ketahanan Pangan Jakarta Pusat, Rabu (2/3).
Terkait temuan tersebut, dirinya mengungkapkan akan kembali melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap semua kuda delman yang beroperasi di kawasan Monas. Apalagi diketahui bila kuda delman terjangkit penyakit kulit, mata dan penyakit lainnya.
"Kuda-kuda di sana akan kita periksa seluruhnya, karena bahaya. Apalagi waktu diperiksa banyak yang nggak sehat, ada yang kena penyakit kulit, mata dan lainnya. Karena memang pemiliknya tidak pernah vaksin kuda-kuda mereka, perawatan hanya seadanya, dikasih makan-minum dan mandi saja," ujarnya.
WARTA KOTA, PALMERAH— Siapa yang tidak mengenal Monumen Nasional (Monas). Berlokasi di pusat pemerintahan dan merupakan simbol kemerdekaan Republik Indonesia, Monastelah lama menjadi tujuan utama bagi pelancong lokal maupun yang berasal luar negeri.
Namun, sepanjang dibuka bagi umum sejak diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 12 Juni 1975 silam, Monas diketahui menjadi lokasi utama penyebaran penyakit tetanus di Jakarta.
Penyakit berbahaya yang berasal dari bakteri Clostridium sp itu baru diketahui setelah Sudin Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan Jakarta Pusat saat melakukan pemeriksaan pada sejumlah feses atau kotoran kuda delman di seputaran kawasan Monas, mulai dari Jalan Medan Merdeka Utara, Jalan Medan Merdeka Barat, Jalan Medan Merdeka Selatan dan Jalan Medan Merdeka Timur pada beberapa waktu lalu.
Dalam pemeriksaan tersebut, petugas mengambil tiga sampel feses dari satu lapak kuda delman di Silang Timur Monas. Sampel feses basah yang tercecer di sisi jalan dan trotoar diambil dan dibawa untuk diuji lab di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Pelayanan Kesehatan Hewan, Teknologi Peternakan dan Pengujian Mutu Hasil Peternakan, Dinas Pertanian Kelautan dan Ketahanan Pangan DKI Jakarta.
Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan tiga metode, yakni natif, sedimentasi dan sentrifuse bertujuan untuk mengetahui kandungan feses kuda delman. Hasil negatif patologi diketahui dalam pengujian metode natif dan sedimentasi, sedangkan pada pengujian metode sentrifuse ditemukan adanya bakteri Clostridium sp dan Strongyloides sp atau lebih dikenal cacing pita.
"Selain ditemukan kedua parasit itu dikhawatirkan ada bakteri lain yang kemungkinan bisa ditemukan, karena dalam feses kuda ditemukan juga bakteri Clostridium sp, pemicu tetanus. Bakteri ini sangat berbahaya pada manusia dan cepat menginfeksi manusia lewat luka terbuka," ungkap Mulyadi, Kasudin Pertanian Kelautan dan Ketahanan Pangan Jakarta Pusat, Rabu (2/3).
Terkait temuan tersebut, dirinya mengungkapkan akan kembali melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap semua kuda delman yang beroperasi di kawasan Monas. Apalagi diketahui bila kuda delman terjangkit penyakit kulit, mata dan penyakit lainnya.
"Kuda-kuda di sana akan kita periksa seluruhnya, karena bahaya. Apalagi waktu diperiksa banyak yang nggak sehat, ada yang kena penyakit kulit, mata dan lainnya. Karena memang pemiliknya tidak pernah vaksin kuda-kuda mereka, perawatan hanya seadanya, dikasih makan-minum dan mandi saja," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar